Menu Tab

  • BERANDA
  • PUISI
  • MOTIVASI
  • INDOOR
  • OUTDOOR

Sabtu, 26 November 2016

TALENTS DAN ORANGTUA PROFESIONAL


Saya belum berkeluarga, namun ijinkan saya berbagi tentang apa yang sudah saya pelajari hari ini bersama Abah Rama Royani tentang TALENTS MAPPING dan Bunda Septi Peni Wulandani sang IBU PROFESIONAL.




Mengapa anak usia 10 tahun mampu mengenal dirinya, mengetahui keinginan, bakat, dan apa yang baik baginya?
Ya, karena anak tersebut telah memiliki banyak “aktivitas” yang diperoleh dari pengalaman membaca, melakukan, dan terutama tauladan yang mereka lihat di sekelilingnya. Anak memiliki fitrah sejak lahir, dan fitrah tersebut wajib diberi ruang, difasilitasi, dan diantarkan oleh orangtua di rumah  serta guru sebagai motivator di sekolah. Fitrah anak sebagai berikut:
1.  Fitrah Iman : Sejak lahir anak dalam keadaan beriman, bersaksi bahwa Alloh sebagai RabbNya. Tidak ada anak yang tidak cinta Tuhannya
2.  Fitra Belajar : Setiap anak lahir sebagai pembelajar sejati. Tidak ada anak yang tidak suka belajar, kecuali fitrahnya disimpangkan
3.  Fitrah Bakat : Setiap anak lahir unik, masing-masing membawa potensi produktif untuk menjalankan misi spesifik hidupnya
4.  Fitrah Perkembangan : Sesuai tahapan 0-2 tahun, 2-6 tahun (pra latih), 7-10 tahun (pre aqil baligh 1), 11-14 tahun (pre aqil baligh 20, 15 tahun ke atas (aqil baligh)
5.  Fitrah Gender : Setiap anak perempuan memiliki fitrah keibuan dan setiap anak laki-laki memiliki fitrah keayahan
6.  Fitrah Estetika : Setiap anak lahir memiliki selera keindahan, keseimbangan, dan lain-lain
7.  Fitrah Sosial : Setiap anak akan memiliki tarikan komunitas sosial yang saling melengkapi untuk peran hidupnya

Dari fitrah di atas konsep pendidikan dasar untuk fitrah anak sebagai berikut:



Untuk melihat TALENTS anak-anak kita, orangtua dan guru harus belajar melakukan observasi mendalam. Mengikuti perkembangan, mencatat, menganalisa dan memberi banyak referensi sebagai bekal untuk gambaran masa depan anak. Masa pertahanan anak usia dini hingga 5 tahun antara 3 hari hingga satu minggu. Pertahanan anak usia 5-9 sudah melalui bulan atau level kegiatan yang harus mereka jalani. Misalnya; latihan karate harus sampai level sesuai aturan. Usia 9-14, pertahanan dilihat dengan memberikan proyek sesuai usia. Usia 14 tahun ke atas, harus belajar bertanggung jawab dengan pilihan-pilihan yang sudah diputuskan bersama orangtuanya.


Anak-anak MUNGKIN SALAH memahami kalimat kita, tetapi anak-anak TIDAK MUNGKIN SALAH dalam mengopi perilaku kita.

Sehingga, ketika orangtua merasa sudah menjadi pribadi yang baik, tetapi anak masih melakukan sesuatu yang “tidak baik”/tidak sesuai harapan orangtua, yang perlu dilakukan adalah melihat kembali mengapa anak tidak mampu mengkopi perilaku baik orangtuanya?
Apakah karena waktu orangtua yang tidak cukup untuk menjadi tokoh utama? Cara berkomunikasi? Atau moment yang kurang tepat dengan perilaku yang kurang tepat pula.
Beberapa profesi berikut lima tahun lalu belum ada, namun saat ini profesi berikut sudah menjadi aktivitas dan menghasilkan uang. Profesi tersebut diantaranya; Digital Detox Theraphist, Crowd Funding Specialist, Productivitas Counselor, Vicariuos Videografer, dan reviewer music sound. Dan kita tidak tahu profesi apa lagi yang akan lahir lima tahun mendatang. Untuk mampu menginspirasi anak dengan profesi-profesi tersebut, maka anak harus diajak melihat orang sukses, apa dibalik kesuksesannya, dan bagaimana mereka meraih kesuksesan.
Dan ada PROFESI yang akan dimiliki oleh semua orang adalah Bapak Rumah Tangga dan Ibu Rumah Tangga. Untuk professional dalam melaksanakan profesi kita memiliki dua fase:
Pertama; SAAT DILAHIRKAN dan kedua MENGAPA KITA DILAHIRKAN. Fase ini menuntun kita untuk menjalani proses mencari MISI INDIVIDU.
MISI INDIVIDU dicari melalui apa yang BISA dan apa yang SUKA kita lakukan. Selanjutnya LAKSANAKAN dengan melihat PERTAHANAN kita dan berapa lama kita MAMPU BERTAHAN. Jika BADAI sanggup kita hadapi saat melaksanakan semuanya, (ujian, cobaan, keberhasilan, jatuh), kita sediakan KUOTA GAGAL! Jika semua bisa kita lalui, maka inilah kita. Di setiap badai yang datang kepada kita, PASTIKAN ada suatu IDE BESAR yang LAHIR dari setiap badai yang datang. Itu berarti  BADAI yang diberikan Alloh SWT kepada kita adalah jalan menuju DERAJAT YANG LEBIH TINGGI. Insha Alloh … Amiiin ….

Kedua: MISI KELUARGA. Pertanyaan dasar untuk mencapai misi ini adalah saat kita bertemu dengan JODOH kita, dan MENGAPA kita DIPERTEMUKAN?
Pasangan kita adalah CERMIN. Jika masih ada hal-hal yang menurut kita kurang dalam diri pasangan kita, meningkatkan kualitas diri adalah langkah yang perlu kita lakukan segera. Jika masih ada “kesalahan” yang bisa dilakukan oleh pasangan kita, maka kita yang harus meminimalisir kesalahan diri dan selalu berbenah. Insha Alloh! Semua perbedaan, permasalahan yang hadir dalam menjalani bahtera rumah tangga, akan terasa ringan dan mudah diselesaikan. Mengisi kekurangan, menghargai kelebihan, dan selalu berusaha untuk saling mengingatkan dan melengkapi kebaikan. Amin …


Melihat potensi diri kita merupakan proses tanpa akhir, bisa jadi kita akan menemukan potensi kita diusia yang tidak bisa kita perkirakan. Menjadi diri sendiri, berFOKUS pada KEKUATAN diri dan mengembangkan diri menjadi PRIBADI yang mampu MENGINSPIRASI orang lain.

Yang terpenting JIKA INGIN MELIHAT ANAK-ANAK KITA BERUBAH MENUJU KEBAIKAN, Maka PERUBAHAN ITU HARUS TERLIHAT PADA ORANGTUA/AYAH-BUNDA/GURU TERLEBIH DAHULU, atau kita akan KALAH! 





By : (hamdiyatur.rohmah@saim.sch.id)


Rabu, 28 September 2016

TADABBUR PENDIDIKAN III

Pribadi yang Berarti


Pukul 05.00 waktu Malaysia kami sampai di Bandar Tasik Selatan. Ini berarti dua hari berturut-turut aku singgah di BTS, namun kali ini aku agak resah karena merasa ingin bersih diri. Dan aku memilih tissue basah untuk bersih diri, ganti baju terakhir dan sholat subuh. Dengan perhitungan waktu menghadiri acara seminar, aku tidak mungkin melakukan bersih diri di KL Central, meski ada  fasilitas tersebut. Ya sudahlah, yang penting semua suci dan siap belajar sambil mengingat idealism saat menjadi mahasiswa fakultas ilmu politik dan hukum pidana! Sereeeem! Hahaha …. Iya, karena seminar kali ini membedah pemikiran reformis Muhammad Asad.


KL sentral selalu ramai, dengan persiapan grup yang tidak sama kecepatannya maka belajar menyesuaikan ritme itu sangat penting. KLCC adalah tujuan kami, karena tempat seminar berada di Concord Hotel yang berseberangan dengan gedung Suriah dan Twin Tower. Dari KLCC kami jalan kaki, dan aku sangat suka dengan suasana jalan kaki. Kita bisa menikmati jalanan dan membaca tanda-tanda di jalanan, membuat suasana seperti penjelajahan. Mirip seperti perjalanan Dora saat mencari lokasi dan minta bantuan si peta kan? Hahaha ….


3 menit sebelum sampai area parkir hotel Concord, kita akan menemukan warung-warung kaki lima berjajar. Hmm, aroma masakan sedap dan membuat rasa lapar hadir. Jam tangan sudah menunjukkan pk 09.45, seminar dijadwalkan pk 10.00, itu berarti jangan mampir warung dulu! Luruskan niat untuk mencari ilmu!

Kedatangan kami disambut kue pastry, teh, dan kopi. Setelah mengisi form kehadiran aku memilih duduk sambil makan kue. Dan, tentu saja aku gak mau rugi .. aku duduk di deretan kursi kedua agar bisa konsentrasi dan mendengarkan dengan seksama. Jauh-jauh dari Indonesia untuk hadir dalam seminar kok milih kursi terakhir, rugiiiiii!!!!


Pemikiran Muhammad Asad dijelaskan dari berbagai sisi. Mulai dari biografi, pemikiran, kontribusi dalam dunia Islam, dan tentu saja dalam mewarnai kehidupan budaya. Aku tidak perlu menjelaskan detail tentang ini. Hanya aku tetap harus mengungkapkan kekagumanku pada orang-orang yang suka berpikir, bertindak, dan berevaluasi. Satu lagi, meski keilmuan mereka sudah tidak diragukan mereka adalah kaum berilmu dan suka mencari ilmu. Sungguh damai bersama pribadi-pribadi demikian, dan malu rasanya jika aku tidak bergerak, belajar, dan belajar.


Waktunya menikmati warung … hehehe …. rasa makanannya enak dan murah. Aku cukup mengeluarkan uang 8 ringgit dan bisa makan menu ikan dan es teh tarik. Di saat panas ini sungguh menyegarkan! Pikiranku sudah melayang dengan janji bertemu muridku di KL Sentral … Namun, ada beberapa hal yang harus kuperhatikan dan kupelajari. Aku berada dalam sebuah rombongan dan harus belajar untuk menghormati kondisi. Setelah beberapa kali pose di lokasi air berjoget dan mendapatkan background foto Menara kembar. Kami bergegas ke stasiun KLCC, namun … 1 jam aku sudah membiarkan muridku menunggu. Aku terpaksa mengambil keputusan berangkat ke KL Sentral terlebih dahulu dan rela ke KLIA sendiri, itu resiko dan tanggung jawabku.


Bertemu murid angkatan Ke-III di mana aku menjadi guru hingga saat ini adalah hal yang sangat istimewa. Kami bercengkrama dan saling sharing keadaan sekolah. Pemikiran muridku ini cukup visioner dan mampu memilih dan memilah hal-hal yang ia butuhkan. Kami hanya bisa menikmati ice cream di Franco selama satu jam. Karena aku harus ke KLIA melalui jalur kereta express agar tidak ketinggalan check in di bandara. Ups, low bat dan benar-benar low … Beruntung karena sehari sebelumnya aku menghafal rute di KLIA 2, aku sangat lancar dan bisa berada di ruang tunggu 1 jam sebelum keberangkatan.



Pengalaman yang luar biasa dan lain waktu aku berharap bisa menjadi teman seperjalanan yang lebih menyenangkan … Bismillah … Kembali ke negeri sendiri harus lebih berarti.  Amin…  

Selasa, 27 September 2016

TADABBUR PENDIDIKAN II

Selusur Kuala Lumpur - Malaysia MENUJU Hat Yai - Thailand


Hari ke-2, setelah bersilaturahmi dengan pejuang pendidikan ISLAM di madrasah Al-Irsyad, dan berjalan-jalan di National University of Singapore kami naik bus kampus menuju stasiun MRT. Perjalanan menuju Thailand akan ditempuh rombongan dengan naik bus dari stasiun bus Johor Bahru. Tetapi sekali lagi aku memutuskan berbeda dari mereka. Perjalanan Johor Bahru – Thailand hampir 13 jam. Surat yang aku emailkan ke Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) meminta kami untuk hadir di hari efektif sekolah. Setelah melihat jadwal penerbangan Kuala Lumpur – Hat yai pas dengan jadwal kedatangan grup di Hat Yai. Aku mencoba mengatur jadwal, bus Johor Bahru – Kuala Lumpur, kemudian lanjut flight Kuala Lumpur – Hat yai. Lagi pula jadwal grup hanya observasi pasar murah di Hatyai, jadi tidak masalah kalau aku ketinggalan acara hunting pasar Hat Yai. Aku bisa sisipkan agenda itu besok, pikirku.



Di Johor bahru, ada teman dari desa yang baik hati menjemput dan mengajak bersilaturahmi ke keluarga di Johor Bahru. Kami sangat senang karena bertemu di Negara orang lain. Kami makan bersama dan bercerita sambil menunggu jadwal bus pk 00.00 dan diperkirakan sampai di BTS atau Bandar Tasik Selatan pada pukul 05.00. Ya, aku memilih jadwal ini dengan alasan sederhana, mandi di Flat keluarga, istirahat di bus, pagi tidak perlu mandi. Hahaha … Bus dari Johor Bahru – Bandar Tasik Selatan sangat nyaman. Aku langsung terlelap Dan, tepat waktu! Pk 04.50 bus sudah berhenti di BTS. Segera aku mencari toilet dengan tulisan TANDAS (bahasa melayu), mushollah dengan tulisan surau adalah pilihan pertama. Sholat subuh dilaksanakan  tanpa berjamaah, mungkin karena menghormati tata cara sholat yang berbeda di antara jamaah. Seusai sholat, aku mempelajari rute di stasiun yang sangat besar ini. BTS merupakan terminal yang menghubungkan kita dengan berbagai jenis alat transportasi dan destinasi tempat wisata.

Setelah memahami petunjuk, bersama seorang kawan guru aku membeli karcis KTM seharga 2.40 ringgit. Letak sekolah yang akan kami kunjungi hanya bersebelahan dengan stasiun Putra. Insha Alloh kami akan mudah menemukan sekolah tersebut. Pk 06.00 loket tiket dibuka, KTM berjalan dengan aman dan nyaman. Jika kita mau ke destinasi terakhir, sebenarnya kita akan bertemu wisata Batu Caves. Namun, aku bukan wisata biasa melainkan wisata pendidikan. Stasiun putra termasuk stasiun kecil dan tenang.  Benar! Saat melihat bendera Merah Putih berkibar di lokasi layaknya perayaan 17 Agustus, aku melihat tidak hanya satu bendera, dan perasaanku seperti menemukan kampung halaman.



Kami diterima dengan sangat hangat, kue, teh manis, dan keramahan asli Indonesia! Gedung eksotik peninggalan penjajah menjadi daya tarik tersendiri. Berkeliling dan masuk kelas menjadi pengalaman tersendiri. Aura perjuangan pendidikan untuk rakyat Indonesia di Negara orang lain. (Nah, bagian detail juga tidak bisa saya tulis di sini).

Setelah berbincang, berkeliling, dan berbagi pengalaman kurikulum 2013 yang diterapkan di SIKL, tidak terasa waktu sudah menunjukkan pk 10.15. Dan, kami masih punya waktu sekitar 4 jam sebelum check in di bandara KLCC. Humas SIKL yang menerima kami mengusulkan mampir dulu di pasar seni, karena aku bertanya tentang di mana membeli bendera dari berbagai Negara. Lagi pula stasiun pasar seni terletak sebelum KL Sentral. Jadi kami bisa mampir sejenak di pasar seni mencari bendera dan menikmati pasar yang baru buka.

Aku tidak terbiasa membeli oleh-oleh saat melakukan perjalanan. Hmm, bukan karena pelit atau tidak romantis, iya sih aku tidak romantis. Hahaha … Sebenarnya karen aku lebih nyaman membawa tas backpack yang pastinya tidak cukup mampu menampung banyak barang. Tas backpack aku isi 3 potong baju dan 3 bawahan dengan perjalanan 5 hari, 2 paket souvenir dari Indonesia untuk 2 sekolah yang kami kunjungi. Aku punya sih tas backpack yang mampu menampung 15 Kg. Tapi dalam kondisi perjalanan berkeliling itu tantangan tersendiri, jadi MAAF … bagi yang berharap oleh-oleh dari saya, saya tidak mampu memenuhinya. Hehehe …

Setelah menikmati pasar seni selama 1 jam 30 menit, kami menuju KL sentral yang selalu ramai. Kami segera mencari loket tiket menuju KLCC, seseorang mengarahkan kami pada mesin tiket. Dengan memasukkan 3 lembar seringgit, kami mendapatkan 1 koin biru dan kembalian. Koin itulah yang kami gunakan untuk transportasi menuju KLCC dengan naik monorail. Dari KLCC kami lanjut membeli tiket menuju KLIA 2 untuk fliht ke Hat Yai. Dengan membayar 10.65 ringgit satu jam perjalanan menuju KLIA 2 aman dan lancar. KLIA 2 ternyata sangat luas dan berkelok-kelok untuk mencapai ruang tunggu pesawat Air Asia. Aku membayangkan KLIA 2 ini 100 kali lipat luas sekolah di mana aku mengajar. Sebagai orang desa aku masih terperangah dan harus selalu membaca informasi yang tersebar di sana sini.



Penerbangan Kuala Lumpur – Hat Yai ditempuh dalam 1.20 menit, airasia cukup lancar dan nyaman. Bandara Hat yai tidak ramai, check passport lancar dan cepat. Kami segera naik taxi menuju Red Planet hotel, tempat inap yang nyaman di tengah kota dan dikelilingi pasar tradisional sekaligus pasar modern. Dalam perjalanan menuju Red Planet, aku mencoba berkomunikasi dengan pak sopir, ooooh … kami seperti dua orang asing yang saling berusaha memahami bahasa dan keinginan masing-masing. Hahaha …. Negara baru, suasana baru, komunikasi baru, dan budaya baru. Tapi, akhirnya kami saling memahami kesulitan ini dan tetap tertawa bersama hingga Red Planet hotel kami temui.
Makanan halal dijual di beberapa sudut gang dan mereka sangat memahami orang-orang yang memakai jilbab sepertiku. Jalan-jalan sendiri di malam hari cukup aman asal tidak terlalu malam, bagiku pk 09.00 di Hat Yai sudah cukup. Saat berjalan-jalan hindarilah beberapa sudut yang ada kedai makanan dengan minuman keras. Beberapa orang bebas minum-minum meski mereka belum terlihat mabuk. Sudahlah, yang penting aku sudah belajar budaya, bagaimana komunikasi cukup sulit di Hat Yai, beli di took dengan produk makanan dengan merk yang tertulis dalam bahasa Thailand. Sungguh tidak aku pahami … hahaha … untuk kemanan halal, aku selalu pilih makanan yang berhubungan dengan laut. Aku menikmati malam di Hat Yai dengan puas karena bisa menikmati jalanan sebagai pelancong.




Pagi yang cerah, aku mengabadikan suasana pagi berbatas jendela kaca kamar lantai 5. Cuaca panas sangat terasa di Hat Yai, sedikit menyengat dan sepertinya telah melegamkan warna kulit menjadi semakin eksotis. Grup bersiap diri menuju Songkla University dengan transportasi khas di sana, Tuk Tuk! Negosiasi harga terlihat sulit karena bahasa yang tidak mudah dipahami. Setiap orang harus membayar 20 baht untuk sampai di Songkla University. Sepanjang perjalanan aku sangat tidak nyaman dengan kabel-kabel listrik yang terlihat sangat tidak teratur. Namun, sesampainya di Sonkla, aku terbelalak melihat kampus yang begitu luas. Sebenarnya di Indonesia juga ada sih, namun tetap ini lebih besar.


Kali ini aku melihat anak-anak muda yang berseragam, bawahan hitam, atas putih. Nah, meski mahasiswa mereka masih berseragam. Dan ini di semua universitas Thailand, hanya saja di Songkla masih sangat banyak mahasiswi yang berjilbab. Ya, kampus ini masih memiliki banyak mahasiswa muslim karena daerah Songkla prosentase muslim masih cukup banyak. Namun, aku tetap tidak mampu mendengar suara adzan secara langsung. Dan itu bisa dipahami, berada di Negara yang tetap yakin dengan penyembahan pada makhluk yang diyakini memiliki kekuatan dari Tuhan. Aku diam tapi bergerak, bergerak tapi diam. Hehehe …










Yang “menarik” dari Hat Yai, aku melihat kabel-kabel listrik berseliweran di sana sini. Entah karena tidak ada yang mengusulkan ketertiban tata kota atau bagaimana. Terlihat menyeramkan karena di tengah jalan besar pun, kabel dengan seenaknya menggelantung seperti siap menjadi jemuran pakaian. Gedung yang cukup eksotik dengan desain dan warna-watni yang menggugah semangat, menjadi terlihat membahayakan karena kondisi kabel. Semoga saat aku bisa berkunjung kembali ke Thailand, pemandangan ini akan berubah dengan kondisi yang lebih rapi.


Panas matahari menyengat kulit, Jum’at berlalu tanpa ibadah sholat jum’at bagi para laki-laki. Semoga menjadi pembelajaran pada masing-masing diri. Kampus yang luas dan besar, mahasiswa yang terlihat imut-imut, dan suasana kantin yang ramai. Aku memilih minum teh Thailand dengan harga 10 baht. Penjaga took menunjukkan kalkulator agar aku bisa baca harga segelas teh. Cara yang sederhana dalam berkomunikasi. Setelah berkeliling kampus, waktunya persiapan perjalanan kembali ke Kuala Lumpur. Kamin singgah di masjid Sahe Pakistan, sepertinya satu-satunya masjid di sana. Dan memang, di masjid ini ada banyak wajah tampan dengan kulit yang cukup bersih dan hidung mancung, mata tajam, dan berjenggot. Letak masjid ini berasa di daerah yang cukup ramai, karena seberang jalan masjid sudah ada lapak-lapak pedagang. Dari masjid aku menyusuri jalanan menuju hotel untuk mengambil tas. 





Sebelum jam berangkat, kami masih bisa membeli sesuatu minimal souvenir sebagai kenangan dan hadiah. Waktu 3 jam sangat cukup untuk memilih dan membeli, aku tidak mudah tertarik dengan sesuatu, karena lembar 100 bhat ku masih cukup aku beli beberapa barang. Seorang penjual yang sudah cukup tua menarik tanganku, menjelaskan produk, dan memintaku membeli. Beliau memberi harga, menurunkan harga sendiri, dan aku tidak bisa tidak membelinya. Perjuangan yang luar biasa, bonus dengan pelukan sebelum kami berpisah. Naik bus menjadi pilihan yang nyaman, dengan kursi 1 banding 2 para penumpang dangat nyaman. Pak sopir juga memberi kesempatan penumpang untuk makan malam, aku tidak cukup selera makan. Mungkin karena telah terbiasa makan maksimal 2 kali sehari, jadi cukup untuk menyimpan tenaga tidur hingga Bandar Tasik Selatan. 





Jangan terlalu terlelap ya, karena kita akan melakukan check passport lagi, keluar dari Thailand menuju Malaysia!



Bersambung ….

Senin, 26 September 2016

TADABBUR PENDIDIKAN I

Menapak Jalan di Singapura dan Silaturahim Pendidikan

Siapa yang tidak tertarik dengan perjalanan murah ke luar negeri?
Perjalanan bersama grup ada suka dan ada tantangannya. Bersama grup bagi yang belum pernah melakukan perjalanan akan sangat membantu untuk tidak tersesat jalan. Bagi yang sudah terbiasa melakukan perjalanan, tantangannya adalah harus mampu mengikuti ritme grup dan belajar menyesuaikan diri.

Perjalanan saya kali ini, melintas tiga Negara di asia. Singapura, Thailand, dan Malaysia. Kami berkelompok bersama 22 orang; ada mahasiswa, pengurus organisasi, aktivis, dosen, dan guru. Kami cukup menyiapkan uang Rp. 2.350.000 untuk tiket pesawat, bus antar negara, dan penginapan. Dan Rp 350.000 untuk biaya tour. Selebihnya untuk makan dan transportasi dalam perjalanan tour dipegang masing-masing peserta. Mengapa demikian? Tentu saja agar peserta mengalami sendiri proses membeli tiket baik secara langsung maupun bertransaksi dengan mesin. Atau yang terpenting peserta berhak menentukan menu dan tempat yang mereka inginkan untuk makan.

Hmm, karena tahun ini diberi amanah sebagai humas di sebuah sekolah, maka saya menggunakan kesempatan kali ini untuk bersilaturahmi dengan beberapa pahlawan pendidikan di Negara tetangga. Entah, berbeda dengan 3 tahun lalu, saya masih bisa menikmati liburan dengan perasaan berlibur. Namun, setelah menulis beberapa karya saya jadi kurang nyaman jika hanya menikmati liburan. Syarat liburan saya harus dengan orientasi pendidikan, entah berbagi pengalaman atau menimba ilmu.

Setelah berdiskusi dengan tour leader, apakah saya bisa melakukan perjalanan yang berbeda dari kelompok saat jadwal tertentu? Misalnya, ketika agenda mengunjungi Merlion di Singapura saya tidak ikut, saya memilih mengunjungi sebuah sekolah untuk bersilaturahmi. Dan jawabannya adalah “tidak masalah”. Akhirnya, segera saya browsing dan mencari informasi tentang sekolah yang bisa saya kunjungi.


Tour leader yang kebetulan pernah mendapatkan beasiswa di NUS, putranya sekolah di madrasah Al-Irsyad Singapura. Dari beliau saya mendapatkan e-mail kepala sekolah dan browsing membuat saya mendapatkan informasi tentang aktivitas di sekolah tersebut. Saya juga menemukan e-mail admin melalui browsing. Surat saya emailkan dengan CC kepala madrasah. Begitu juga ketika saya ingin belajar dari Sekolah Indonesia Kuala Lumpur. Dengan cara yang sama saya mengirim email, tanggapan hangat dalam menjalin silaturahmi menjadi angin segar.
Perjalanan kami mulai pada tanggal 22 September dengan penerbangan JET STAR pukul 12.50 WIB. Kami saling berkenalan dan tidak ada masalah, segera akrab dan berbincang. Changi Airport pk. 16.10 waktu setempat, kami tiba dan melakukan check passport. Aman sampai pada orang ke 21, dan orang ke-22 terkena random check. Beberapa pertanyaan diberikan, kepentingan di Singapura, berapa lama tinggal, berapa uang yang dibawa, dan kesesuaian foto paspor dengan wajah asli. 
Hahaha … Aman …

Oh ya, jangan lupa mengambil peta yang tersedia secara gratis di bandara ya! Pasti akan sangat membantu kita saat berada di Singapura!

Tujuan pertama kami seharusnya langsung meluncur ke Marina Bay, niatnya agar esok hari bisa focus di National University of Singapore. Namun, interogasi yang cukup lama tidak memungkinkan kami ke Marina Bay. Akhirnya kami langsung menuju stasiun Bugis, tujuan kami adalah Sleepy Kiwi hostel backpacker yang terletak di Jl. 55 Bushorah Street, Bugis, Singapura.
Oh ya, di Singapura kita harus benar-benar memperhatikan jalur MRT. Ada jalur hijau dan jalur merah, kita bisa lihat urutan jalur ini di peta, papan informasi yang sangat mudah dilihat, dan tentu saja di dalam MRT itu sendiri. Jika kita keliru ambil jalur, maka kita bisa bingung dengan jalur MRT dan tidak akan sampai di tempat tujuan tentunya. Tapi jangan khawatir, turun di stasiun yang sudah terlanjur salah, lihat lagi informasi jalur baru kembali naik MRT yang benar.

Satu lagi, sebelum kita naik MRT kita bisa membeli kartu transportasi EZ-Link. Cukup beli dengan harga $12 kartu memiliki isi $7. Insha Alloh cukup digunakan selama 2 hari berada di Singapura, mungkin sekitar 10-12 kali pakai. Dan lebih baik kartu ini disimpan dalam dompet atau tempat yang aman, karena saat masuk lokasi MRT ini pasti digunakan dengan cepat. Di Singapura semua berjalan cepat, kalau kita lambat ya pastinya tertinggal. Meski ini kali kedua saya ke Singapura, namun masih harus mengingatkan diri sendiri. Saya sempat kehilangan grup karena lupa menaruh kartu Ez-Link dalam tas yang terlalu banyak kantongnya.

Tips:
Jika anda terpisah dari grup, jangan panik dulu. Buka peta, pastikan anda tahu alamat yang akan dituju, pelajari dengan seksama. Jika masih bingung, tenangkan diri, baca semua tanda-tanda di sekitar kita (jalan, rute, dan apa saja yang kira-kira bisa ditemukan di peta). Jika masih belum memahami, bertanyalah kepada orang di sekitar anda. Hmmm, tidak susah menemukan orang Indonesia di Singapura. Hahahaha…..

Okay, hostel backpacker yang kami tempati lumayan murah dengan sarapan pagi ala bule, buah-buahan yang teriris rapi, roti tawar (biasa dan gandum), serta 4 jenis selai yang sesuai selera; Keju, kacang, coklat, strawberry. Yap, Sleepy Kiwi Hostel backpacker sangat sederhana dan nyaman. Memilih hostel yang dekat dengan area muslim adalah hal yang menyamankan. Kita mudah mendapatkan makanan halal dan suasana damai. Menikmati malam di sekitar masjid Sultan sungguh  sangat menyenangkan. Toko souvenir, seven eleven, kedai-kedai makanan tersedia dengan lengkap. Melihat berbagai wajah yang berbeda, berkomunikasi, dan sekedar saling lempar senyum sebagai tanda sapa.


Subuh di Singapura pk 5.50 waktu setempat, masih gelap dengan udara segar. Berjamaah di masjid adalah pilihan indah, setelah berjamaah kami berdiskusi tentang budaya yang ada di Singapura. Pk 7.30 persiapan bersih diri, karena pk. 08.00 sarapan baru siap. Nah, perjalanan ilmiah akan dimulai. Rombongan persiapan menuju Marina Bay, saya bersiap diri menuju Braddle road dengan taxi untuk bersilaturahmi dengan para pejuang di madrasah Al-Irsyad. Sopir taxi sangat membantu dengan informasi sepanjang jalan, dan belia mengantarkan ke tujuan dengan pelayanan yang aman dan nyaman.

Ups, saya lupa saat menulis  surat kunjungan masih dengan persepsi jam di Indonesia. Mereka bilang sudah menunggu satu jam lalu, saya saya minta maaf dengan tulus dengan kesalahan ini. Gedung al-Irsyad terlelak bersebelahan dengan Departmen Agama Singapura. Mereka berjuang untuk tegak berdiri dalam menciptakan sebuah lembaga yang membantu muslim di Singapura. (Cerita ini tidak detail ya, karena akan menjadi topic saya di salahsatu majalah pendidikan).


Singkat cerita, lingkungan diciptakan sedemikian rupa untuk mengantarkan generasi muslim agar mampu menebarkan Islam sebagai agama damai dan rahmat seluruh alam. Dan semoga kami bisa segera merumuskan kerjasama bersama dengan mereka. Karena pembahasan ini masuk dalam agenda diskusi kami. Kepala sekolah dan asisten kepala sekolah mengantarkan kami ke pintu gerbang, bahkan mereka membayar taxi kami menuju Central Library National University of Singapore. Sesampainya di NUS, kami menunggu grup sambil menikmati luasnya kampus. Bus antar fakultas tersedia untuk umum, saking luasnya area di university ini. Pakaian para mahasiswa ini sangat bebas, sandal jepit, celana sangat pendek, dan banyak hal yang menarik perhatian. heheha …

Saat menunggu grup, aku meminta bantuan pada salahsatu mahasiswa untuk koneksi internet. Dan, mereka sangat ramah, membantu setting wifi dengan ID mereka, karena wifi memiliki secure. Dan wifi siap digunakan! Untuk orang asing seperti saya dan mendapatkan keramahan sedemikian, seperti minum es teh saat kehausan. Tour leader menjelaskan bagian-bagian dari kampus dan beberapa jenis kegiatan yang ada di sana. Seharusnya kami diterima secara resmi, namun dosen yang bertugas tiba-tiba harus ke Jogjakarta memberikan kuliah, maka kami hanya berkeliling saja.




Cukup dengan perjalanan ilmiah di dua lembaga pendidikan hari ini, sungguh dua sisi pandang yang menabrak pikiranku. Aku telah berkecimpung di dunia pendidikan selama belasan tahun dan masih ada selaksa pengetahuan yang harus aku jelajahi. Terutama bagaimana menjadi guru yang bisa diteladani. Allohu Akbar! Terpampang segala kekurangan diri dalam perjalanan kali ini, bertemu dengan pribadi-pribadi luar biasa selalu menghadirkan niat baru dalam evaluasi. Itulah mengapa saya suka menjelajah tempat baru.

Bersambung di perjalanan Johor Bahru – Kuala Lumpur – Thailand J

Selasa, 12 April 2016

SPIRITUALITAS ALA SAIM Part II

Bagaimana kerapian sandal dan sepatu menjadi tema dalam belajar spiritual di SAIM?

Sandal dan sepatu yang tertata rapi menghadirkan kesan apik dan nyaman. Secara sederhana, pribadi-pribadi yang menyempatkan diri untuk menata sandal atau sepatu mereka, maka bisa dilihat karakter telaten, rapi, sadar lingkungan, dan memperhatikan keindahan. Sikap ini hadir bukan tiba-tiba, tetapi perlu belajar membiasakan diri secara terus menerus. Proses belajar menghadirkan kebiasaan yang baik ini selalu ada lika-liku perjuangannya.

Guru dan orangtua wajib untuk menjadi teladan dalam membangun kebiasaan yang baik. Naluri imitasi pada diri anak masih cukup mendominasi, terlebih di usia dini dan anak-anak. Jangan dikira di usia ABG dan remaja mereka juga tidak ingin meniru? Bedanya, ketika usia dini dan anak-anak peniruan dilakukan anak pada lingkungan terdekat dan pribadi-pribadi terdekat. Pada usia ABG dan remaja mereka memiliki tokoh-tokoh idola yang bakal menjadi cermin proses imitasi mereka.

Nah, sebelum mereka menemukan tokoh idola di luar rumah, tantangan bagi orangtua dan guru adalah mampu menjadi tokoh idola di sekitar mereka. Sehingga ketika masa ABG dan remaja mereka akan mengagumi orang lain; gaya bicara, berpakaian, hidup, dan lainnya tetapi masih bisa menggunakan akal sehat dan cerdasnya untuk memilih tokoh mana yang lebih baik.

Kembali ke masalah sandal; sandal dan sepatu hanya datu contoh kecil, kerapian loker, buku catatan, dan kerapian pakaian juga menjadi pembelajaran yang membutuhkan kebiasaan. Ini akan cukup sulit dilakukan bagi anak-anak yang memiliki fasilitas bantuan istimewa sejak kecil. Ada asisten rumah tangga, keluarga yang selalu khawatir akan kondisi anak-anak mereka, dan sikap memanjakan anak sebagai suatu hal yang tidak disadari sikap inilah yang MELEMAHKAN anak.

Masalah sandal dan sepatu kok ya jadi berat jika dikaitkan dengan spiritual ya? Lho lho … bagi orang yang senang belajar, ini bukan berat dan memberatkan. Malah akan menjadi tantangan untuk ditaklukkan. J



Bagaimana Setting Pembelajaran dengan Bermain Bisa Menjadi Dunia Spiritual?

Proses pembelajaran yang biasa terjadi dalam dunia pendidikan kita;
Guru mengucapkan salam, bertanya kabar hari ini, menulis di papan, meminta siswa mencatat, siswa diberi pertanyaan, siswa menjawab, siswa yang tidak bisa menjawab tidak dibimbing untuk menemukan jawaban, berdo’a selesai belajar, keluar kelas atau pulang.


Proses pembelajaran yang inovatif;
Guru datang dengan wajah riang, melihat dengan cermat keadaan emosi siswa, merespon dengan tepat, berolah peran sesuai kebutuhan anak, memulai pembelajaran dengan persoalan nyata, mengajak diskusi mencari solusi, memikirkan kemungkinan solusi lain, mengevaluasi proses, merancang proyek, member tantangan, menyelesaikan proses dengan kalimat:
“Kita tunggu hasil penelitian anak-anak hebat di kelas ini besok ya!”
Setting bermain mampu mengajarkan semua karakter dalam kondisi gembira. Misalnya, “Melajutkan Kata”.
Anak-anak berbaris sesuai urutan tinggi badan, kemudian mereka bergantian melanjutkan kata yang telah ditulis oleh teman sebelumnya. Hingga orang terakhir menulis kata penutup.

Permainan ini mengajarkan, bagaimana memberi kesempatan kepada orang lain. Pandai mengisi dan mewarnai ide orang lain menjadi sempurna. Bersabar menunggu giliran bermain dan mengikuti peraturan yang telah disepakati bersama.
Setiap permainan sesungguhnya mengajarkan segala sesuatu, guru dan murid butuh berdiskusi untuk memaknai setiap permainan dengan nilai-nilai kehidupan. Bermainlah dalam hidup, namun jangan permainkan kehidupan.


Dunia Spiritual di Ruang Makan

Makan adalah kebutuhan pokok manusia, kebutuhan pokok ini kalau tidak terpenuhi dalam diri anak, maka efeknya akan lebih dahsyat dari yang terjadi pada orang dewasa. Jika orang dewasa menyebut perilaku negatif hadir dari kebutuhan dasar, yaitu makan.
“Mengapa anda melakukan pencurian?”
“Karena saya terpaksa Pak, anak saya tidak makan”
“Mengapa anda melakukan perbuatan negatif ini?”
“Saya terhimpit ekonomi Pak?”

Dan berbagai macam kejahatan yang dilakukan manusia karena kebutuhan pokok ini tidak terpenuhi. Dan anak-anak, jiwa yang murni jika mengalami persoalan ini maka bisa kita bayangkan, pendidikan masa keemasan akan mengalami proses yang terbelokkan oleh rasa lapar.

Oleh karena itu, menyiapkan bekal makanan untuk anak adalah WAJIB bagi orangtua. Jika orangtua tidak punya waktu, maka harus ada manajemen waktu yang baik atau diskusi yang menenangkan serta upaya yang bermakna untuk persoalan ini. Bekal sederhana yang dibawa akan sangat berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental anak-anak kita. Jika jalan memberikan uang jajan harus kita lakukan, maka seyogianya ananda uang menjadi topik pembelajaran yang sangat baik.

Ketika jam makan siang, pelajaran dari ujung ke ujung sudah menanti anak-anak. Bagaimana mereka mengantri, menservice diri sendiri, makan dengan bersih dan teratur, serta menyempurnakan dengan mencuci piring-piring mereka. Sungguh pembelajaran karakter yang terintegrasi secara sempurna dalam satu kegiatan yang kita anggap sangat biasa. Di meja makan juga terjadi percakapan sederhana yang mampu menjadi moment katarsis bagi anak. Melepaskan cerita sederhana dan tertawa bersama. Sungguh spiritualitas yang alami dengan proses alami.



Dunia Spiritual Dalam Disiplin Diri

Seorang anak yang cukup sering terlambat masuk sekolah, apakah perlu dihukum?
Hmmm, hukuman fisik? Hukuman mental? Atau, hukuman sosial?
Hukuman fisik pasti meninggalkan luka luar dalam, rasa sakit dan rasa kesal. Hukuman mental? Waaah, ini malah akan dikenang sepanjang zaman. Hukuman sosial? Tunggu dulu, mungkinkah ini pilihan yang tepat?
Hukuman apapun yang diberikan kepada anak, pasti menyakitkan. Oleh karena itu, membangun kesadaran adalah hal pertama yang akan kita lakukan.
“Mengapa kamu terlambat hari ini?”
“Macet Ust Ustadzah”
“Berapa jarak rumah dan sekolah”
“Saat lancar, biasanya hanya 30 menit”
“Hmm, pukul berapa kamu ?”
“Aku tidak lihat jam Ust”
“Sholat Subuh kan?”
“Aku sudah minta dibangunkan”
Wajahnya sudah mulai bingung, kalimatnya terasa berat.
“ Oh, antri mandi sama adik?”
“Iya, dia lama sekali sarapan!”
“Jadi macetnya di rumah?”
“Iya Ustadzah”
“Baiklah, sepertinya kalau kamu melakukan banyak kebaikan akan cukup meringankan beban hatimu hari ini. Jadi, apa yang akan kamu lakukan agar kekurangan ibadah tadi pagi bisa sedikit seimbang?”
“Aku menata sandal di masjid ya Ust?”
“Baik, terima kasih ya”
“Tapi aku juga ingin menghafalkan surat As-Syams karena aku tidak sholat Subuh”
“Baiklah, terima kasih”

Terlambat masuk sekolah, mungkin hal yang biasa terjadi. Namun, komunikasi yang baik dan benar akan sangat mempengaruhi pandangan guru terhadap anak didik. Membangun kesadaran untuk memahami persoalan pribadi, menganalisa, dan membuat keputusan adalah kemampuan logika tingkat tinggi. Spiritualitas inilah yang sangat perlu dibangun secara sistematis pada usia anak.
Bersepatu mungkin hal yang sangat biasa, tetapi bersepatu adalah media pembelajaran kedisiplinan, tanggung jawab, ketelitian, dan kemandirian. Anak-anak yang terbiasa dilayani, akan mengalami sindrom ketidak pedulian, bahkan pada diri sendiri.

Jika kesalahan terulang berkali-kali, maka merumuskan tanggung jawab apa yang harus dilakukan anak, itu kunci kebijaksanaan. Mungkin, dalam tanggung jawab, anak akan memilih tanggung jawab fisik; naik turun tangga, keliling lapangan, dan lainnya. Di sisi mental, bisa saja anak memilih tidak masuk kelas dan membantu


Leadership Camp dan Spiritual 


Menjadi seorang pemimpin yang tangguh dan mampu mengemban amanah harus dilatih sejak dini. Membuat sebuah keputusan yang tepat juga membutuhkan proses dan seberapa banyak anak menghadapi masalah. Semakin banyak anak memiliki kesempatan untuk “bermasalah”, anak akan memiliki berbagai pilihan jalan untuk mencari solusi.

Leadership Camp didisain sebagai sebuah kegiatan tantangan kerjasama individu, kelompok kecil, dan kelompok besar. Menginap di sekolah merupakan sebuah training untuk membentuk jiwa kemandirian dan tanggung jawab. Berbagi tempat tidur, tantangan tepat waktu dan mengikuti semua kegiatan dengan semangat hingga akhir.

Kamar yang biasa ber-AC menjadi kamar dengan alas sleeping bag dan penuh dengan teman, satu kamar 20 anak. Hmm, pengalaman yang pastinya tidak akan terlupakan. Belum lagi nyamuk dan suasana gerah yang kadang membuat mata tidak lantas terpejam. Sekolah melatih diri anak dengan hal-hal yang kadang tidak terlintas dalam bayangan orangtua yang selalu menginginkan putra putrinya nyaman dan terlindungi.

Namun, ketahuilah ketidak nyamanan ini yang membuat otak kita aktif dan mengembara untuk mencari solusi terbaik dalam menghadapi hidup. Kondisi-kondisi yang tidak kita inginkan, adalah kondisi yang kita butuhkan. Untuk melatih diri, berempati, berdamai dengan keadaan, dan menciptakan ketahan diri secara alami.
Pemimpin yang tangguh tidak terlahir dalam kondisi aman, nyaman, dan segala sesutaunya terpenuhi. Pemimpin yang tangguh digembleng sedemikian rupa untuk mampu merasakan berbagai sisi kehidupan, sehinggan pemimpin peka terhadap sekitarnya dan mampu menemukan solusi dengan baik.


Outbound dan Spiritual

Hidup jauh orangtua dalam usia anak mungkin tidak pernah terbayang dalam benak anak-anak yang terbiasa hidup dengan nyaman dan penuh kasih sayang orangtua. Diajak masuk keluar hutan, bekerja sama di alam terbuka dan menghadapi tantangan alam. Hujan yang tidak terprediksi, panas yang kadang tak cukup bersahabat. Semua pengalaman itu menjadikan anak-anak mengenal diri dan Tuhannya, melalui perjalanan yang terlihat biasa namun terasa istimewa.

Menangis karena ingin pulang, entah karena tidak nyaman atau rindu kasih ayah dan bunda. Tertawa bahagia dan bangga melihat diri mampu menjalani ujian dunia, sungguh kebahagiaan mereka tidak sebanding dengan kebahagiaan para ustadz/ustadzah dan mama/papa yang bangga dengan kekuatan hati dan pikiran anak-anaknya.
Memilih tema dalam Leadership Camp dan outbound ini melalui sebuah rute perjalanan dalam satu tahun, memilih dan memilah kompetensi apa yang masih perlu ditingkatkan oleh anak-anak. Integrasi proses pembelajaran terwujud dalam disain kegiatan, tempat baru, suasana baru, pengalaman yang selalu baru.

Pemilihan tempat, persiapan yang tidak asal jadi, dan semua diperhitungkan dengan resiko-resiko yang kira-kira. Lahirnya generasi yang memahami diri, Tuhan, dan sekitarnya menjadi sesuatu yang nyata, Insha Alloh!